Rabu, 10 Juni 2015

Jurnal Imajiner Tentang Inovasi Tekologi

NAMA KELOMPOK :

Ariani Kartika
Anugerah Pekerti
Haris Meifajri

Tugas Pemrograman Jaringan : Jurnal Imajiner Tentang Inovasi Tekologi

Tugas Pemrograman Jaringan : Jurnal Imajiner Tentang Inovasi Tekologi
 
PERSEPSI GURU TERHADAP PENGAJARAN MASA DEPAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGIAUGMENTED REALITY UNTUK SEKOLAH DASAR


 Abstrak: Tujuan kajian ini bertujuan untuk mengenal tahap bahwa penggunaan teknologi ‘augmented reality’ (AR)sudah meluas. Penggunaan AR pada bidang pendidikan sudah banyak digunakan, tetapi untuk negara Indonesia masih belum ada yang mampu untuk mengembangkan ide-ide tersebut. Dengan menggunakan AR, pengajaran akan lebih mudah, variatif, kreatif, efektif, inovatif, dan lebih menarik bagi anak-anak. Dengan AR ini juga memudahkan pihak guru dalam menyampaikan pelajaran. Banyak persepsi yang positif terhadap penggunaan AR dalam pendidikan, terutama mata pelajaran tingkat SD. Disamping dapat menggerakkan otak kanan anak, juga dapat menambahkan tingkat kreatifitas anak.

Kata kunci : augmented reality, bidang pengajaran, bidang pendidikan, sekolah dasar, visual informatik, guru


PENGENALAN
Penggunaan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran (P & P) dalam pendidikan telah lama diaplikasikan. Menurut Gagne et al. (2005), penggunaan teknologi seperti information communication technologies (ICT) sebagai media pengajaran dalam P & P mampu membantu guru sebagai media bantu mengajar dan membantu murid sebagai media bantu belajar. Hal ini berhubungan dengan kebijakan ICT dalam pendidikan nasional yang diumumkan oleh Menteri Pelajaran Malaysia, di mana penggunaan ICT dalam pendidikan menjadi media pengajaran utama dan guru sebagai fasilitator dimulai pada tahun 2010 (Lim, 2010). Penggunaannya tergantung pada kemampuan murid dan konten yang ingin disampaikan oleh guru (Norabeerah, Halimah & Azlina 2011). Jadi, kehadiran sesuatu teknologi seperti augmented reality (AR) perlu diidentifikasi potensi yang memungkinkan ia benar-benar bermanfaat bagi pendidikan dan juga perlu diidentifikasi bentuk atau konten (isi) yang sesuai di mana ia menjadi lebih berarti kepada pendidikan. Ulasan lalu mengidentifikasi bahwa antara faktor diri murid yang berkontribusi dalam permasalahan keterampilan membaca adalah pengetahuan dasar membaca dan menulis, lingkungan dan metode pengajaran guru (Abdul Rasid 2012). Justru, dengan pemilihan media pengajaran seperti AR serta metode pengajaran guru yang menarik berupaya memberikan alternatif solusi dalam permasalahan keterampilan dasar membaca.

AR adalah teknologi yang menggabungkan benda maya ke dalam dunia sesungguhnya dan pengguna dapatberinteraksi dengan objek virtual tersebut secara real time (Azuma, 1997). Ini sangat berbeda dengan teknologivirtual reality yang 'mengasingkan' pengguna ke dunia baru yang maya (Shaffer, 2001). Misalnya, pengguna yangmenggunakan aplikasi virtual reality yang melibatkan petualangan di angkasa, maka pengguna akan 'merasa' seolah-olah dia telah berada di angkasa dengan perlengkapan sebagai astronot dan mampu berinteraksi dalam suasanatersebut meskipun pada kenyataannya dia sebenarnya berada di sebuah ruangan atau laboratorium realitas maya.Gambar 1 menunjukkan satu contoh aplikasi AR, di mana objek bunga dan lebah adalah objek virtual yang berada didunia realitas (tangan dan lingkungan).


Gambar 1: Contoh Aplikasi AR

Beberapa penelitian terakhir menggambarkan bahwa teknologi AR sesuai digunakan dalam pendidikan (Billinghurst,2002), bahkan ia telah mencoba diaplikasikan dalam bidang Sains seperti penelitian yang dilakukan oleh Norziha dkk.(2009). Dalam bidang Astronomi pula, penelitian AR dilakukan oleh Soga dkk. (2008). Dalam bidang bahasa, ia jugadiaplikasikan dalam pengajaran Bahasa Inggris sebagaimana penelitian Tsung-Yu Liu et al. (2007) denganmenggunakan media seluler untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan pengembangan bahan bantu 3ISSN: 2180-4842. Vol. 2, Bil. 2 (November 2012): 1-10 mengajar dan belajar yang diberi nama Letters Alive! olehLogical Choice, untuk membantu murid prasekolah belajar membaca (Logical Choice, 2011). Temuan penelitianLogical Choice menunjukkan bahwa aplikasi AR berupaya meningkatkan minat murid, meningkatkan rasa ingin tahudan menyenangkan murid karena mereka dapat berinteraksi secara waktu-nyata dengan objek virtual 3D. Bahkansiswa mampu melihat dan menggerakkan objek virtual 3D yang berada di depan mereka berdasarkan perspektifpilihan mereka tampaknya memegang benda nyata.

Sementara di Malaysia, studi pengaplikasian AR dalam bahasa seperti bahasa Melayu masih sangat baru danpenelitian sedang dilakukan oleh beberapa orang peneliti. Diantaranya, Hafiza dan Halimah (2011) yang mengkajipengaplikasian AR bagi murid pemulihan Bahasa Melayu tingkat satu yang melibatkan beberapa orang murid yangdimasukkan dalam kelas pemulihan di sekolah rendah. Roslinda dan Halimah (2011) yang mengkaji pengaplikasianAR untuk membantu murid sekolah rendah dari tahun satu sampai tahun enam yang memiliki sindrom-down belajarmembaca. Ulasan mereka menggunakan metode studi kasus di mana murid dipilih oleh guru berdasarkan kriteriayang dipilih.

Namun, literatur menunjukkan bahwa penelitian terhadap pengaplikasian AR dalam pembelajaran tingkat SD, baikdalam atau luar negeri masih sangat kurang. Justru, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tingkat kesadaran danpersepsi guru Sekolah Dasar terhadap penggunaan aplikasi AR dalam pendidikan. Masih tidak ada lagi buat masakini, penelitian untuk mengidentifikasi tingkat kesadaran para guru terhadap kehadiran teknologi ini dan persepsimereka dalam mengaplikasikannya dalam P & P tingkat SD. Ulasan ini penting karena guru adalah key player yangmemainkan peran dalam mempengaruhi sesuatu teknologi digunakan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan(UNESCO, 2011). Bahkan guru juga elemen yang menjadi penyumbang besar dalam perkembangan teknologi inidigunakan secara optimal di Indonesia.

Kelebihan AR dilihat sebagai faktor yang mendorong ia diaplikasikan dalam pendidikan. Kelebihan teknologi ini adalah ia berupaya membantu murid dalam proses kognitif terutama dalam kemampuan menangani isu visual ruang (Scheiter et al. 2009). Selain itu, AR juga meningkatkan tingkat motivasi murid, memberi dampak positif kepada pengalaman pembelajaran, terutama bagi murid yang lemah (Freitas & Campos 2008), membantu dalam pengembangan pemikiran kreatif, meningkatkan pemahaman dan mengubah paradigma kurva pembelajaran murid dalam mempelajari sesuatu mata pelajaran ( Huda Wahida et al. 2010). Selain itu, ia mampu memberikan pengalaman belajar baru yang menyenangkan (Juan et al. 2008) dan mendorong murid melakukan eksplorasi otomatis pada judul yang dipelajari (Kaufmann 2006). Tidak heran jika dengan kemampuan ini, AR dapat menghemat waktu dalam penguasaan sesuatu ilmu dan memberi alternatif kepada guru untuk menggunakan satu media pengajaran yang lebih interaktif, menarik dan efisien (Huda Wahida et al. 2010).

Efek positif ini diperoleh karena AR memiliki fitur seperti pengguna dapat menggerakkan benda maya dan melihatdari berbagai sudut seumpama melihat dan memegang sebuah benda nyata (Billinghurst 2002), mendukung interaksitanpa kelim (seamless) di antara lingkungan virtual dan realitas dan menggunakan antarmuka metafora dunia realitasuntuk melakukan manipulasi menggantikan perangkat input seperti mouse dan keyboard. Selain itu, teknologi inimampu melakukan transisi antara realitas dan virtual secara lancar. Kelebihan ini diidentifikasi sebagai faktormendorong penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat kesadaran guru terhadap penggunaan teknologi AR dalampendidikan agar guru dapat mengaplikasikannya dan seterusnya mengoptimalkan penggunaannya selama proses P& P.


METODOLOGI
Studi Kasus
Studi kasus yang digunakan adalah metode wawancara dengan menggunakan protokol wawancara terstruktur, yang terdiri dari tiga pertanyaan. Pertanyaan pertama adalah untuk mengetahui, apakah informan pernah melihat teknologi tersebut. Sedangkan pertanyaan kedua adalah untuk mengetahui apakah informan mengetahui tentang teknologi tersebut. Sementara pertanyaan terakhir adalah untuk mengetahui persepsi informan terhadap teknologi AR. Semua informan juga telah ditunjukkan demonstrasi aplikasi AR menggunakan aplikasi AR yang dikembangkan oleh peneliti sendiri dan tayangan video pengaplikasian AR dalam pendidikan yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sedangkan informan yang terlibat adalah sebanyak 44 orang guru sekolah dasar yang telah menjalani pendidikan Diploma keguruan.

Penentuan Tingkat Kesadaran
Untuk menentukan tingkat kesadaran informan terhadap teknologi AR, peneliti membagi jumlah guru yang telah mengetahui tentang teknologi AR dan pernah melihat teknologi ini pada tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang dan rendah (Rosnaini et al. 2011). Tabel 1 merinci tingkat penentuan ini.

Tabel 1 Penentuan tingkan kesadaran
Rentang Persen
Tingkat
0.00
33.33
Rendah
33.34
66.66
Sedang
66.67
100.00
Tinggi


PEMBAHASAN
Taburan Demografi
Tabel 2 berisi taburan demografi guru yang terlibat sebagai sampel dalam penelitian ini yang melibatkan faktor gender, dan pengalaman mengajar. Sebanyak 16% guru pria dan 84% guru perempuan yang terlibat. Lebih dari setengah informan memiliki pengalaman mengajar lebih dari lima tahun (52.3%).
  
Tabel 2 Taburan demografi guru (N=44)
Faktor Demografi
Faktor
Frekuensi
Persen(%)
Jenis Kelamin
Pria
7
15.9
Wanita
37
84.1
Pengalaman Mengajar (tahun)
Kurang 5
21
47.7
5-15
21
47.7
Lebih 15
2
4.6

Tingkat Kesadaran Guru Terhadap Teknologi AR
Tabel 3 menunjukkan bahwa hanya satu dari 44 orang guru (2,3%) yang mengakui mengetahui tentang teknologi ini. Sementara hanya dua orang dari 44 orang guru (4,6%) mengakui pernah melihat teknologi AR. Secara keseluruhan tingkat kesadaran guru terhadap teknologi AR adalah rendah (berdasarkan Tabel 1). Mayoritas dari mereka mengakui tidak pernah mengetahui atau melihat teknologi ini.

Tabel 3 Tahap kesadaran terhadap teknologi AR
Kasadaran terhadap AR
Frekuensi
Pesen (%)
Tingkat
Mengetahui tentang teknologi AR
1
2.3
Rendah
Pernah melihat teknologi AR
2
4.6
Rendah
Keseluruhan
3.4
Rendah

Persepsi Guru Terhadap Teknologi AR
Informan yang terlibat memberikan masukan yang sangat positif terhadap teknologi AR dan pengaplikasiannya dalam pendidikan jenjang sekolah dasar. Mereka berpendapat bahwa teknologi AR ini cocok diaplikasikan dalam pendidikan (Guru 1, Guru 14, Guru 18, Guru 19, Guru 26, Guru 32, Guru 3), memberi manfaat kepada guru (Guru 6), membantu dalam melaksanakan P & P yang lebih baik (guru 20), dan memudahkan guru dalam menyampaikan proses P & P (guru 39, Guru7) agar lebih efektif (guru 42).
Selain itu, mereka juga merasakan bahwa mereka sendiri tertarik (Guru 11, Guru 15, Guru 17, Guru 22, Guru 36, Guru 4, Guru 1, Guru 5, Guru 7) dengan teknologi ini dan tidak mustahil ia berupaya menarik (Guru10, guru 17, Guru26, guru 30) dan merangsang minat murid (Guru1, Guru42).
Selanjutnya, atribut teknologi AR yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan dunia maya secara waktu-nyata membantu efektivitas sesuatu proses P & P. Hal ini diungkapkan dalam salah satu pernyataan informan. Namun mereka juga mengakui bahwa kendala keterampilan teknis mungkin menjadi faktor yang membatasi guru dari menggunakan teknologi ini di dalam kelas untuk tujuan P & P. 


KESIMPULAN
Tingkat kesadaran guru Sekolah Dasar terhadap teknologi AR dalam pendidikan adalah rendah. Namun begitu, mereka mengakui bahwa teknologi AR sesuai digunakan dalam pendidikan umumnya. Ulasan ini memberikan paparan guru Sekolah Dasar terhadap teknologi AR yang dapat digunakan sebagai media pengajaran alternatif selain yang biasa digunakan oleh mereka, bahkan mereka juga senang dengan kelebihan teknologi ini yang sangat berbeda dengan bahan bantu mengajar yang pernah mereka gunakan sebelumnya. Mengingat ada kendala keterampilan teknis yang diperlukan yang menyulitkan guru-guru memproduksi sendiri bahan bantu mengajar menggunakan alat authoring AR ada, maka kebutuhan untuk lebih banyak penelitian dan produksi bahan bantu mengajar dan belajar menggunakan teknologi ini dalam P & P perlu dilakukan oleh pihak tertentu seperti Kementrian Pendidikan. Ulasan berikutnya terhadap kesiapan guru dari segi keterampilan ICT yang dibutuhkan dalam pengembangan aplikasi AR dan mengidentifikasi konsep penggunaan yang sesuai menggunakan AR dalam pendidikan, perlu dilakukan untuk memungkinkan teknologi ini dapat dioptimalkan penggunaannya dalam pendidikan. Semoga pengaplikasian teknologi AR dalam pendidikan Sekolah Dasar, bukan hanya menambahkan teknologi baru dalam pendidikan di Indonesia, tetapi ia melengkapi dan menyempurnakan apa yang ada digunakan dalam dunia pendidikan. Selanjutnya menjadi media pengajaran masa depan yang inovatif, menarik dan efektif dalam pendidikan Sekolah Dasar.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar